Tuesday, November 10, 2015

Stasiun Jakarta Kota, Pukul Lima Petang

Kau hendak menuju ke timur
Namun, aku masih diam disini
Tak bisakah?
"Aku memintamu untuk tinggal"
Terdengar suara gigi saling beradu, cemas

"Aku hendak menuju ke timur"
Tak bisakah?
Kau mengikhlaskanku

Lalu, waktu yang melepas semua
Seirama suara kereta yang melaju
dan sirine yang berderu

Tinggallah kita dalam keikhlasan


Catatan Harian Debbylian, 9 November 2015, Soekarno Hatta, Malang

Wednesday, August 19, 2015

Catatan Anak Bangsa : Save Children Save Nation

Anak merupakan penerus bangsa, saya senada dengan slogan tersebut. Anak menjadi salah satu dimensi penting dalam membangun sebuah bangsa. Seorang bangsa yang baik akan melahirkan generasi penerus yang baik, tidak lain tidak bukan seorang anak. Anak, seperti  salah satu pengertiannya dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), yaitu orang yang berasal dari atau dilahirkan di suatu negeri maupun daerah. Jika saya berbicara tentang anak, disini saya berbicara anak-anak dari sabang hingga merauke. Anak-anak yang berasal dari beragam suku dan budaya yang berbeda. Anak-anak yang terlahir dalam lingkungan keluarga yang harmonis, anak-anak yang terlantar di rumah-rumah penampungan anak, anak-anak yang berada di jalanan, anak-anak penyandang disabilitas, dan anak-anak korban kekerasan hingga pelecehan seksual juga anak-anak yang masih dalam kandungan sesuai dengan pengertian anak dalam undang-undang perlindungan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.


Sumber : http://www.suarakarya.id/

Berbicara mengenai anak, tentunya masih hangat dalam ingatan kita mengenai kasus kekerasan terhadap seorang anak yang dilakukan oleh Ibu angkatnya beberapa bulan lalu. Kasus tersebut membuka kembali catatan anak bangsa dalam tindak pidana kekerasan hingga menewaskan seorang anak kecil dalam rumahnya sendiri yang seharusnya menjadi tempat dia berlindung.  Lalu, dari kasus ini menuai berbagai kecaman, cacian, sekaligus keprihatinan berbagai kalangan, terlebih lagi orang tua terhadap perlindungan anak. Saya berpikir, apa yang salah dari negeri kita? Ketika kasus ini menguap di berbagai media massa menjadi rapor merah untuk perlindungan anak. Belum lagi jika kita menoleh ke belakang, kasus yang cukup membuat miris semua orang tua, pelecehan seksual di institusi pendidikan terkemuka. Kasus ini menarik perhatian semua orang terhadap pentingnya perlindungan anak, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di lingkungan sekolah.

Lalu, apa yang salah dengan perlindungan anak di negara kita? Jika kita berbicara payung hukum perlindungan anak sudah jelas tertuang dalam Undang-Undangn Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, bahwa negara menjamin setiap warga negaranya, termasuk  perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia. Seperti yang dikutip dalam pasal 1, perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dimana kewajiban kita semua untuk bersama-sama meciptakan perlindungan terhadap anak bukan hanya lembaga-lembaga perlindungan anak seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perlindungan Anak, Organisasi Nirlaba Perlindungan Anak atau Komnas HAM yang turut andil ketika kasus kekerasan terhadap anak-anak yang mulai mencuat. Payung hukum yang jelas seharusnya juga diikuti dengan implementasi yang efektif hingga membuat tidak adanya kriminalitas terhadap anak.  


Sumber : lucianancy.files.wordpress.com

Bukankah negara juga harus menjamin perlindungan terhadap anak-anak terlantar? Seperti bunyi pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.” Kita tidak boleh menutup mata terhadap anak-anak jalanan yang setiap hari menggantungkan hidup pada jalanan, mereka tetaplah anak yang harus diperhatikan dan diberi wadah untuk dapat berkreatifitas dan hidup seperti layaknya seorang anak. Mengenai anak jalanan, teringat saya pada suatu komunitas peduli anak-anak jalanan di kota tempat saya menuntut ilmu sekarang. Dengan berbekal empati dan simpati melihat banyaknya anak jalanan, komunitas tersebut melakukan kegiatan seperti mengajar anak-anak jalanan, berbagi ilmu dengan mereka yang notabene banyak putus sekolah dan komunitas tersebut berkembang hingga disetiap kota ada. Mungkin pemerintah kita perlu meniru bagaimana setiap kota perlunya suatu lembaga atau wadah yang menjamin perlindungan terhadap anak-anak, bahkan bukan hanya menjamin namun juga mengurus anak-anak yang terlantar. Agar mereka memiliki kehidupan dan pendidikan yang layak.


Sumber : laguanakindonesia.com

Sedikit catatan saya diatas yang ingin saya tuangkan mengenai berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini di negara kita. Mungkin tidak membuahkan solusi kreatif mengenai permasalahan perlindungan anak. Namun, saya berharap dapat membuka mata kita semua mengenai kesadaran kita terhadap perlindungan anak, minimal di lingkungan tempat tinggal. Bukan tidak mungkin kasus-kasus kekerasan anak hingga pelecehan seksual terhadap anak terjadi pada salah satu anggota keluarga kita atau orang yang terdekat dengan kita. Untuk kalian yang ingin menuangkan tulisan kalian mengenai perlindungan anak, info lengkapnya bisa dilihat di  SOS Childrens Villages Indonesia

Sumber : http://www.sos.or.id/media/berita/kompetisi-blog-catatan-anak-bangsa

Thursday, May 28, 2015

collaborACTION Music Photography Exhibition

Suka menonton konser menjadi salah satu alternatif hiburan ditengah-tengah bising dan penatnya rutinitas sehari-hari. Dengan hanya merogoh kocek sesuai dengan harga tiket dan kemampuan kantong kita, kita bisa menikmati alunan musik dan permainan dari idola kita. Untuk segelintir orang seperti saya, menonton konser menjadi hiburan yang dipilih disaat memiliki waktu yang terbatas. Hal yang tak pernah terlupakan ketika menonton konser adalah mengabadikan momen tersebut. Membawa kamera handphone maupun pocket menjadi  suatu kewajiban bagi saya, entah untuk sekedar selfie, berfoto bersama kawan, aksi dari idola, maupun memotret mimik euforia penonton. Dua minggu yang lalu saya menghadiri sebuah pameran fotografi yang mengangkat tentang stage photography karya Dedi Widianto dan Gaharu Jabal.


DI.LO

Acara ini diselenggarakan mulai tanggal 8 sampai 10 mei 2015 di Malang Digital Lounge (DI.LO), Telkom Kayutangan - Jalan Basuki Rahmat no. 7-9. Dengan menyulap ruangan Malang Digital Lounge layaknya sebuah pameran foto besar, sudut-sudut ruangan terpampang foto-foto para musisi terkenal yang namanya tak aneh di telinga kita.


Musisi legendaris


Kick

Sekilas tentang pameran foto ini, foto-foto dalam pameran foto ini merupakan karya Dedi Widianto dan Gaharu Jabal yang pernah bersama-sama tergabung sebagai stage potographer dalam sebuah proyek majalah musik digital Anekdotmagz.com yang dikerjakan secara kolektif. Sinergi antara musik, fotografi, dan jejak rekam sejarah perkembangan hingar bingar panggung pertunjukan musik inilah yang mendasari dua pemuda Dedi dan Gaharu untuk kemudian membuat sebuah proyek pameran kolaborasi karya-karya fotografi panggung atau stage photography dengan tajuk collaborACTION.


We are rock 'n' roll

Tidak hanya disuguhi dengan pameran foto, collaborACTION juga memberikan sebuah diskusi mengenai stage fotografi dengan pemateri Mas Dedi Widianto. Antusias para penyuka fotografi dan fotografer pemula untuk belajar stage fotgrafi juga terlihat saat sesi diskusi.

Diskusi Stage Fotografi

Smiling at here

Disalah satu sudut ruangan pameran, tertata sebuah diorama kecil dengan pernak-pernik lama seperti piringan hitam, televisi hitam putih hingga kamera analog yang masih berdiri tegak.

Piringan Hitam


Noman'Sland

Wednesday, May 13, 2015

Brawijaya Fashion Week 2015

Hello guys, long time no say hello for my readers!
Sedikit cuap-cuap, cielah. Sepatah dua patah kata menulis lagi setelah hibernasi yang cukup terlalu lama. Maklum sibuk pacaran haha, percaya saya sibuk pacaran? Kalau iya, kamu kurang lebih dekat dengan saya hehe. Menyibukkan diri  dengan kuliah yang gitu-gitu aja dan kegiatan di dianns yang menguras tenaga, hati, dan pikiran. Maksudnya menguras tenaga, hati, dan pikiran? Hmm next time, saya bisa menceritakan kegiatan di dianns yang luar biasa menyita tenaga, waktu, dan pikiran.
Dan akhirnya baru bisa menulis lagi di blog saya yang mulai usang ini, untung hati nggak usang ya? loh.

Kembali ke fokus. Awal bulan mei, saya tertarik untuk datang ke salah satu acara hits kampus. Dengan bujuk rayu temen yang menyukai fashion, akhirnya saya memutuskan untuk datang ke acara tersebut. Apa sih acaranya? Yap, Brawijaya Fashion Week 2015. Dengan tagline passion for fashion, Brawijaya Fashion Week 2015 digelar dua hari mulai tanggal 7-8 Mei kemarin bertempat di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya. Diselenggarakan oleh Mixth Event Organizer, yang merupakan event organizer dari teman-teman Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP).Mixth Event Organizer tahun ini terhitung sukses menyelenggarakan Brawijaya Fashion Week. Well, terhitung dari antusias pengujung yang semakin banyak. Euforia shopaholic Brawijaya pun pastinya nggak mau kalah dari tahun kemarin, terlihat dari ramenya pengunjung dan banyaknya booth yang memenuhi Samantha Krida. Kalian hanya perlu membayar lima ribu rupiah untuk satu kali masuk dan open gate mulai pukul 10.00 WIB.

Ada apa aja sih di Brawijaya Fashion Week? Lets read!


Pamflet BFW 2015


LOONY STORE

Brand-brand di Brawijaya Fashion Week

Twitter : LOONY STORE
Instagram : LOONY STORE


Parka made by LOONY Store


Sonya Shop

Twitter : Sonya Shop
Instagram : Sonya Shop


Bucket Hat From Sonya Shop


Nggak kalah keren, brand dari teman saya yang sedang happening banget di Brawijaya. O.K.V Project tahun ini menjadi salah satu pengisi booth di Brawijaya Fashion Week 2015. Selamat untuk Oik, Keke, Vivi, ditunggu yang launching produknya yang makin kece.



O.K.V Present

 Instagram : OKV Project

Buyer's Smile at O.K.V Booth