Sunday, April 20, 2014

Pagi Kemarin

Pagi kemarin
Aku melihat sesuatu
Yang cukup merobek
Hati manusia
Tapi tak cukup
Untuk merusak otak

Pagi kemarin juga,
Sebuah tangan bergelayut manja
Pada sebuah pundak wanita
Berkerudung merah muda

Pagi kemarin juga,
Seseorang diam terpaku
Bak batu maling kundang
Dikutuk ibunya

Pagi kemarin juga,
Keringat yang membasuh wajah
Tiba-tiba menjadi es
Tanpa ada dingin yang hinggap

Pagi kemarin juga,
Aku melihat sepasang manusia
Berjalan menerobos kerumunan
Merangkai kasih asmara

Pagi kemarin juga,
Aku melihatnya
Dengan pendamping disampingnya

Pagi kemarin juga,
Aku berlari dan terus berlari
Hingga tak akan lagi ada duka

Pagi kemarin juga
Jalanan menjadi saksi
Aku menerjang panas
Karena tapal sepatu yang terus bergesekan dengan aspal

Pagi kemarin juga,
Aku tahu
Aku belum memilikinya

Pagi kemarin juga,
Aku tahu
Waktu menamparku secara keras

Pagi kemarin juga,
Aku tahu
Aku dilupakan

Dan karena pagi kemarin juga,
Aku tahu kakiku bisa berlari melebihinya

(Catatan Ijen, Malang, 20 April 2014)

Saturday, April 19, 2014

Friends Photo Project

Apa sih Friends Photo Project?
         "Friends Photo Project adalah sebuah kreasi dari tiga orang yang menyukai dunia fotografi dan modeling. Bukan ahli model atau foto tetapi lebih kepada kegemaran berpose dalam foto. Kenapa namanya Friends Photo Project, ya karena berawal dari sesama teman yang menyukai berpose dalam kamera."

Asal-usul Friends Photo Project?
        "Kita tiga orang yang menyukai dunia foto, gue Debby, Velli, dan Adit. Punya project yang kita sebut "Friends Photo Project". Sebenernya bukan jadi hal baru hunting foto bareng Velli dan Adit. Gue kenal mereka semenjak semester satu dan kira-kira semester dua tahun lalu, pernah hunting bareng sama mereka. Dan akhirnya, di tahun 2014 ini kita bisa maen bareng lebih deket sekaligus suka mengabadikan moment bersama. Lebih tepatnya narsis di kamera kali ya hehehe."

Apa sih tema Friends Photo Project kali ini? 
         "Temanya itu monochrome, jadi ya kita pake kostum yang hitam putih gitu. Biar terkesan klasik dan simpel. Dan nggak ribet juga sih cari kostumnya."

Properti apa sih yang dipakai Friends Photo Project kali ini?
"Kita cuma beli balon lima buah, yang endingnya tinggal empat tuh"

Siapa aja sih dibalik Friends Photo Project? Read more.

DebbyLian

Twitter : DebbyLian
Instagram : Debbyliana


OOTD

Bracelet

Jadi inget, gelang batik itu beli waktu liburan di Jogjakarta, tepatnya kawasan oleh-oleh wisata Candi Prambanan. Murah meriah cuma 1K.


Vintage Shoes

Vintage shoes only 15K, gue dapetin ketika balik ke Tangerang, Emang berburu barang murah daerah Tangerang dan Jakarta juaranya deh hehe. 

Outfit Jeanns Jacket

Selain itu ada juga, si cowok yang dari dulu penyuka foto.

Velli Ardika

Twitter : Velli Ardika
Instagram : Velli Ardika


Glasses

Snapback

Snapback : SUPREME NEWYORK

Pants

I'm over red

Snapback : REALIFE

Couple Photo Session

Like a 17th


I see you

Mungkin kalau ada temen-temen yang mau hunting foto bareng sama kita, bisa kontak Gue, Velli, atau Adit. Atau yang butuh jasa fotografer, Friends Photo Project punya fotografer keren loh, namanya Dezar Aditya alias Adit.

What you see?

Siapa sih fotografer Friends Photo Project?
        "Ngomongin soal fotografer, ada Adit alias Dezar Aditya yang setia nemenin kita kalau lagi pengen hunting. Follow aja twitternya Dezar Aditya . Dia juga punya project duo acoustic loh, namanya One Day Before Rain. Mungkin nanti One Day Before rain bakal gue ulas diblog hehehe."

Friends Photo Project akan terus eksis nggak sih?
       "Semoga bisa terus eksis sih dan bisa posting foto-foto selanjutnya."

Friday, April 18, 2014

Batas

Bukankah, roh tidak bisa menggengam?
Pertanyaan seorang anak
Di pelukan Bunda Maria

Lalu, hangat siapa yang aku rasa?
Hingga terasa bak rahim
Seseorang yang ku kenal

Bukankah, batas dunia kita
Sudah tertera jelas
Dalam batas yang tak
Pernah terlihat

Dekapan siapa yang kurasa
Di kala senja menutup mata

Bukankah, roh kita tidak bisa bersama?
Walau terang tak terlihat

Lalu, belaian siapa yang kurasa?
Pada setiap malam ku berlinang

Bukankah, jelas batas kita?
Terkubur dalam sebuah
Papan nama

Lalu, siapa yang kulihat?
Ketika raga tak lagi mampu bertahan

(Catatan Soekarno Hatta, Malang, 17 April 2014)

Tuesday, April 8, 2014

Jangan Bunuh Aku Dengan Orde Barumu

Siapa yang akan membunuhmu
Siapa yang akan menghilangkanmu
Siapa yang akan menyisakan
Nama tanpa raga

Membuat namamu terpampang
Di tembok-tembok jalanan
Dipertanyakan dimana
Keberadaanmu
Diteriakkan mulut-mulut
Yang berbusa termakan waktu

Jangan bunuh aku dengan orde barumu
Teriakkanku dalam balutan nada bisu
Jangan bunuh aku dengan orde barumu
Caciku dalam sebuah pamflet bisu
Jangan bunuh  aku dengan orde barumu
Ketika rakyat bisu memilihmu

Jangan bunuh aku dengan orde barumu
Ketika tulisanku menghujam jantungmu
Jangan bunuh aku dengan orde barumu
Ketika aku tuntut hakku

Jangan bunuh aku dengan orde barumu
Ketika suaraku lantang berteriak
Di depan gedungmu
Jangan bunuh aku dengan orde barumu
Ketika HAM ku gantung dalam
Sendi-sendi tulangmu

(Catatan LPM DIANNS, 8 April 2014)

Gili Trawangan

Berlari bersama
Bukan perkara mudah
Berjalan bersama
Bukan perkara muda
Menyatukan otak-otak manusia juga
Bukan perkara muda

Lalu, sepenggal lirik Banda Neira
Membisu itu anugrah
Menjawab semua
Ada kala tak bersuara indah
Dan sepi itu indah

Terombang-ambing dalam pusaran ombak
Menerka jalan yang tak pernah ada terang
Berlabuh dalam pelabuhan duri
Memaksakan meski harus tergores luka
Bertahan untuk sesuatu yang tak mampu di logika
Terinjak untuk sesuatu yang tak beralasan

Ranum, mengigil kedinginan
Tanpa ada suara memanggilnya

Lalu, ombak itu menyeretnya
Hingga ke palung terdalam
Tinggal kenang dalam luka
Nestapa mungkin tertawa
Dewata mungkin mengumpat
Ombak pun pilu melahapnya

Kembali ke sedia kala
Menghapus jejak, tinggal nama
Dan semua tertawa
Mencemooh hingga perut membuncit
Serupa Rahwana

(Catatan Soekarno Hatta, Malang, 8 April 2014)

Friday, April 4, 2014

Kita Muda, Kita Kreatif!

Tampaknya berlagak kreatif bukan hanya sikap yang mencoba untuk kreatif. Tapi, sudah menjadi trend anak muda untuk kreatif. Salah satu acara yang mengapresiasi kekreatifan anak muda adalah Berlagak Kreatif. Bertempat di GOR Pertamina, Universitas Brawijaya, Senin, 29 Maret 2014, Berlagak kreatif diselenggarakan oleh Administration Music Festival (AMC FIA) . Berlagak kreatif menyegarkan khalayak muda dengan menampilkan berbagai komunitas di Malang dan Pidi Baiq. Read more Berlagak Kreatif :)

Suasana Berlagak Kreatif

Ada apa aja sih di Berlagak Kreatif?

Backpacker Malang Raya

Malang Sunday Drawing

ART


Ini loh berlagak kreatif


Primitive Rosok Craft


Selain komunitas-komunitas di Malang, ada juga Pidi Baiq ” Imam Besar The Panas Dalam”. Pidi Baiq merupakan seorang penulis buku best seller serial Drunken, At-Twitter, dan Al-Asbun. 

Ihsan Skuter


Pidi Baiq


Rame banget Berlagak Kreatif

Reporter DIANNS juga ikut berpartisipasi loh di Berlagak Kreatif, siapa aja sih?

Ka Fajar dan Pidi Baiq

And big thanks for them!

Clara, Pidi Baiq, dan Irul

UB TV juga ikut eksis loh!

Live Report From UB TV

Thursday, April 3, 2014

Luka Untuk Disabilitas

Sumber Foto : Tribunnews

"Isu tentang diskriminasi penyandang disabilitas, bulan maret lalu. Cukup membuat saya ingin sedikit menulis opini tentang hal tersebut. Walaupun bukan ahli dalam menulis opini, dengan tulisan ini saya mencoba untuk belajar".

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, bunyi pasal 31 yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945. Tetapi kalimat tersebut sangat memilukan ketika saya membaca artikel di harian Kompas (11/3/2014) yang berjudul Syarat Masuk PTN Dinilai Diskriminatif. Di tengah hak-hak pendidikan bagi setiap warga negara diperjuangkan, ada luka untuk kaum disabilitas. Dikutip dari Kompas, Bambang Hermanto, sekretaris panitia pelaksana Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dalam penjelasan tertulisnya menyatakan, penetapan persyaratan bagi  calon mahasiswa yang mendaftar program studi tertentu merupakan kebijakan setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Penetapan syarat yang dinilai diskriminatif itu sebenarnya bertujuan menjamin keberhasilan murid dalam menempuh pendidikan di program studi yang dipilih. Berbagai pertanyaan terlontar, apakah kebijakan setiap PTN akan menguntungkan disabilitas? Bagaimana hak-hak disabilitas untuk memperoleh pendidikan yang sama? Akankah hak disabilitas terganjal dengan kebijakan PTN? Sebelum pemerintah mengatakan bahwa penetapan persyaratan merupakan kebijakan PTN,  seharusnya dibuat aturan yang jelas untuk memperjelas berapa persen peluang disabilitas yang hendak melanjutkan kuliah di PTN. Agar UU No. 19 Tahun 2011 tentang pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) tidak hanya isapan jempol belaka.

Sedikit tergelitik juga dengan headline surat kabar yang menuliskan bahwa perguruan tinggi negeri dan swasta tidak siap memberikan fasilitas layanan khusus bagi mahasiswa penyandang disabilitas. Bukan hanya fisik bangunan, melainkan juga ketersediaan dosen yang memiliki keterampilan mengajar penyandang disabilitas sesuai jenis disabilitas. Hal tersebut menyinggung tentang di mana anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Lalu, muncul pertanyaan berapa persen anggaran yang digunakan untuk memfasilitasi disabilitas hingga menyebabkan PTN tidak siap memberikan layanan khusus bagi disabilitas baik fasilitas maupun tenaga pengajar? Juga sejauh mana pemerintah memberdayakan tenaga pengajar disabilitas? Hal ini cukup menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan kita. Mengingat Indonesia baru saja meratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities melalui UU Nomor 11 tahun 2011 (Kompas, 11/3/2014). Ratifikasi ini merupakan janji negara tidak akan memperlakukan penyandang disabilitas sebagai manusia tidak setara dengan manusia pada umumnya. Di konvensi itu juga negara mengakui hak penyandang disabilitas atas pendidikan.

Dengan munculnya persyaratan, tidak tunanetra, tidak tunarungu, tidak tunawicara, tidak tunadaksa, dan tidak buta warna keseluruhan ataupun sebagaian mendapat reaksi keras. Sebanyak 35 organisasi yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Masyarakat Difabel (Kompas, 12/3/2014), mengajukan somasi kepada Mendikbud, Mohammad Nuh. Mereka menuntut Mendikbud segera menghapus persyaratan SNMPTN 2014 yang mendiskriminasikan kaum difabel. Reaksi senada pun ditulis oleh Dimas Prasetyo Muharam (Kartunet.com, 9/3/2014) menolak diskriminasi persyaratan pada penyandang disabilitas. Dalam opininya, Dimas mengatakan  tersebut sangat lah aneh jika melihat banyak PTN yang memiliki lulusan penyandang disabilitas, seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Juga  PTN yang mempunyai jurusan pendidikan luar biasa yang seyogyanya lebih paham mengenai potensi dan kemampuan penyandang disabilitas. Tetapi di aturan resmi, SNMPTN membatasi penyandang disabilitas tertentu. Seperti pada jurusan bahasa di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), ada persyaratan mahasiswa tidak boleh tunarungu, tunawicara, dan tunanetra. Hal ini tentu saja membuat pertanyaan besar, jika PTN tersebut mampu untuk mengelola penyandang disabilitas kenapa harus ada persyaratan tersebut? Wamendikbud Bidang Pendidikan, Musliar Kasim (Kompas, 15/3/2013) menanggapi tentang diskriminasi persyaratan bagi penyandang disabilitas mengatakan bahwa tidak boleh ada perlakuan diskriminatif terhadap penyandang disabilitas. Persyaratan calon mahasiswa penyandang disabilitas, hanya untuk program studi tertentu seperti kimia, tidak boleh buta warna. Tetapi, untuk yang lain harus terbuka.

Disabilitas bukanlah sebuah objek yang harus diperdebatkan tetapi bagaimana mengelola dan memaksimalkan kemampuan yang dimiliki penyandang disabilitas. Bukan lagi saatnya memperdebatkan persyaratan untuk disabilitas tetapi memikirkan bagaimana cara pemerintah agar mampu memelihara penyandang disabilitas mulai dari fasilitas, pengajar, dan teknis di perkuliahan. Teringat kembali tentang makna sebuah pasal yang mengatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukankah penyandang disabilitas merupakan bagian dari bangsa Indonesia? Tidak ada alasan untuk diskriminatif disabilitas dalam bentuk apapun.