Sebuah puisi untuk penghantar semanis aroma kopi kemarin selanjutnya.
Pecah, semua terkuak
Dalam beberapa detik bukan jam atom
Cukup jam digital
Lalu?
Berterima kasih untuk cinta
Untuk tokoh tanpa pernah
Ada penokohan
Untuk diam yang menggetirkan
Untuk diam yang menakutkan
Lalu?
Penaku ingin menulis kembali
Menulis semuanya dalam
Sebuh fiksi roman cinta melayu
Lalu?
Ku tulis
Kata penghantar untukku meminta
Dalam bisuku, suara penaku
Untukku menggores penaku
(Sebuah bait dari semanis aroma kopi kemarin, catatan LPM DIANNS, Malang, 13 Januari 2014)
No comments:
Post a Comment