(Sumber) |
Akhir-akhir ini aku melihat sepasang mata baik adam maupun
hawa. Ingin aku bercerita tentang sepasang mata yang aku lihat. Sebentar,
bukankah terkesan ambigu jika aku menulis sepasang mata? Akan membuat pembaca
mengartikan aku melihat sepasang mata milik seseorang. Dan ini bukan sepasang
mata milik seseorang saja, lebih.
Pertama, tentang mata yang sayu aku lihat semalam. Matanya
coklat dengan sedikit merah pada skleranya. Orang mungkin mencium aroma beer yang
keluar dari aroma nafasnya tapi tidak untuk hidungku. Aku buta aroma beer. Dengan memulai menghisap
sebatang rokok, dia memulai pembicaraan.
“Gue jatuh”
Ucapan yang pertama terlontar dari bibirnya. Suara musik memenuhi
ruangan itu. Aku mulai mencium aroma asap rokoknya. Tanganya memegang botol
yang setengah menggantung dengan posisi di atas lantai. Aku mengamatinya.
“Kenapa?” tanyaku
“Gue jatuh, gue sakit” ucapnya
Lalu dia meminum lagi dan lagi. Hingga matanya merah. Mata
merah pertama yang aku lihat.
Kedua, mata yang memancarkan rasa suka. Dalam tatapannya,
hingga membuat bulu romaku berdiri. Aku melihat dan merekam saat itu. Mata itu
selalu diiringi oleh sebuah senyuman dan suara manis yang terdengar. Jika aku
bisa menghentikan kala itu, ingin aku potret tatapan mata dan senyuman itu.
Menyimpanya dalam sebuah album hitam putih. Membukanya kembali ketika aku tak
bisa tersenyum seperti itu? Bolehkah aku meminjam matamu, dalam hati berbisik
lirih. Aku simpan dalam sebuah album bersampul coklat.
Ketiga, mata sesorang yang berbicara tentang gagasannya
dengan lantang dan berapi-api. Tentang sebuah gagasan yang ingin dia buat.
Tentang sebuah cita dan ambisi. Aku melihat mata itu. Kita beradu pandang. Aku
lihat matanya memandang ke depan, revolusioner. Matanya tidak dingin, sejuk
dalam semua tumpukan cita dan ambisinya.
Keempat, mata seorang penulis kusebut bukan penulis cinta.
Karena aku tidak pernah membaca cerita
cintanya. Dan tak pula tentang apakah dia pernah jatuh cinta. Sesekali aku ingin
bertanya.
“Pernahkah kau jatuh hati?”
Tapi aku tak melihat raut wajahnya tentang cinta jika kita
berbicara tentang ketertarikan terhadap kaum adam. Mata yang dingin untuk
seorang kaum hawa.
No comments:
Post a Comment