Monday, December 30, 2013

Sebuah Surat Dari Osaka

Sebuah surat dari Osaka….

Rindu

Ketahuilah rindu bukan sekedar alasan untuk bercumbu. Rindu bukan alasan untuk tenggelam jauh dalam sebuah pelukkan, tapi rindu cukup untuk sebuah alasan adam dan hawa mengenggam. Rindu makhluk ciptaan Tuhan dengan segala kepunyaanya. Rindu itu membuatnya semakin ada, semakin nyata. Bahkan terlalu nyata untuk digenggam.

Cinta

Cinta tak sebatas kecupan belaka. Tak sebatas saling memeluk. Aku tak menghargai cinta seperti itu. Untukku cinta adalah komitmen, komitmen itu cinta. Cinta ada karena komitmen. Bukan alasan untuk nafsu. Cinta bukan alasan untuk meraba, bukan. Ada yang bilang cinta itu suci. Iya, cinta itu suci. Putih. Tak perlu menggoreskan warna lain.Tak perlu mencampurkan rasa lain. Bukan perspektif agama, sekali lagi bukan. Tapi tentang harga dari sebuah cinta, tentang harga dari sebuah diri. Tentang harga diri yang berharga.

Aku bukan perempuan pendiam, bukan perempuan gemulai. Aku perempuan yang keras. Aku perempuan yang liar. Aku perempuan yang bebas. Aku bebas bergerak, bermain, dan berekspresi. Tapi kamu salah menilai tentang aku. Aku bebas bukan berarti aku nakal. Kamu tahu? Aku tak suka kaum adam yang menyentuhku. Sekali lagi bukan pespekstif agama. Ilmu ku tak sehebat ilmu mu. Tapi apa yang ku pegang adalah titik mati untukku.  Maka wajar jika dimata ku, dirimu kembali ke titik nol.

Aku bebas bukan berarti aku menganggap sebuah hubungan itu bebas. Aku bebas mengenal siapapun kaum adam, tapi bukan untuk terlalu dekat. Karena ada jarak yang harus terpisah.
Ketahuilah  rangga, dalam sebuah diri citra seseorang ada temu yang harus kau pahami dan ada sebuah prinsip yang harus kau hargai. Jika apa yang ku ucapkan benar, telanlah tapi jika tidak anggap saja sebuah goresan tinta tanpa makna.

Rangga

Jika kelabu tak datang, mungkin aku masih terdiam menanti jawaban. Namun, aku tak melakukanya. Karena engkau sudah memberiku jawaban dalam sebuah teka-teki yang harus ku pecahkan.

Ingatkah pada jalanan yang pernah aku ceritakan, mungkin kita akan bertemu di kala sakura gugur berterbangan atau kita bertemu dalam sebuah berita bahagia tanpa ada kita.


Senyum manis dari Osaka, Ranum.

(Sebuah bait dari semanis aroma kopi kemarin, catatan Soekarno Hatta, Malang, 30 Desember 2013)