Tuesday, December 10, 2013

Jejak Munir di Omah Munir

Langit mendung tak menyurutkan langkah kami menyusuri jalanan kota Batu. Semakin dingin udara terhirup menandakan semakin naik kita melaju. Bukit pengunungan mulai terlihat dengan hamparan pendagang bunga yang berjajar manis di trotoar jalan. Rumah berpagar putih berdiri kokoh tepat disamping kanan jalan. Karangan bunga mewarnai depan rumah tersebut. Tertulis Launching Omah Munir. Halaman rumah itu penuh sesak dengan nyawa, lantunan musik terdengar ketika kami datang. Tokoh-tokoh nasional terlihat duduk di  tempat undangan seperti Faisal Basri, Butet Kartaredjasa, dan Wakil Ketua MPR, Lukman Hakim. Suciwati, istri munir pun terlihat bersama anaknya. Lantunan lagu mafia hukum dari Navicula memecah sorak pengunjung setelah pasif mendengarkan testimoni.

Melangkahkan kaki memasuki museum, akan terlihat patung munir yang berdiri kokoh. "Munir Said Thalib, lahir 8 desember 1965, meninggal pada 7 september 2004 dalam perjalanan dari Jakarta menuju Belanda, diduga diracun saat berada di pesawat", kutipan kalimat yang tertulis dalam press release.

Patung Munir

Omah Munir menjadi museum pertama HAM di Indonesia yang digagas oleh Suciwati dan dibuka pada 8 Desember 2013. bertepatan dengan hari lahir Munir. Selain, sebahai museum untuk mengenang perjuangan Munir, menyimpan buku-buku serta berbagai memoribilia milik Munir. Munir akan menjadi wadah para pejuang HAM untuk tetap melanjutkkan penegakkan keadilan terhadap pelanggaran HAM yang terjadi, terutama Indonesia - Kutipan press release.

Potret Munir

Salah satu pakaian yang menjadi koleksi museum, almamater Universitas Brawijaya. Almamater ini adalah almamater munir ketika menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Brawijaya.

Almamater Munir

Selain tentang Munir, ditengah ruangan pertama museum berdiri tegak patung Marsinah.
Seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra Surya Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993.

Patung Marsinah

Kisah tragis yang dialami Marsinah terpapar jelas dalam sebuah kisah singkat.

Kisah Buruh Marsinah

Menurut Suciwati, pendirian Omah Munir adalah strategi lain gerakan melawan lupa yang terus digulirkan bersama sahabat-sahabat Munir. Perspektif tentang keadilan HAM dalam masyarakat adalah sesuatu yang harus diubah dan diperbaiki agar ketidakadilan yang dialami Munir, tidak akan terjadi lagi pada orang lain. Dengan mendukung berdirinya OMah Munir kita belajar menghargai kemanusiaan, pengingat bahwa negara ini pernah melanggar HAM.

Kronologis Kematian Munir

Kronologi Sesuai Waktu

Omah Munir, hanyalah satu kepingan batu dalam menjadikan pendidian HAM yang rumit menjadi lebih membumi. Omah Munir berbagai energi untuk melawan rasa takut, untuk bersuara memperjuangkan nasib sendiri dan orang lain, tak ingin melihat orang dibungkam karena protes. Munair dan kisah korban pelanggaran HAM adalah catatan penting perjalanan bangsa ini, untuk mereka Omah Munir didirikan.

Signature

DIANNS on Omah Munir's Launching

DIANNS

Terdapat juga dukungan dari Kontras, Pameran Foto Pembela HAM Indonesia.

Dari Kontras

"Kita harus lebih takut kepada rasa takut itu sendiri, karena rasa takut menghilangkan akal sehat dan kecerdasan kita - Munir"

Kutipan Munir

Hello :)

Kita akan merindukan sosok seperti Munir. Mungkin, kamu, dia, atau kita yang akan meneruskannya?

Who's next?

Panggung Sastra Pertama

Selamat penghujung akhir tahun
Selamat menyambut tahun baru
Selamat untuk para penyair mendengungkan rima baru
Dan panggung baru untuk berpijak.
Terima kasih untuk panggung pertama ku. Panggung dari sajak seonggok jagung karya WS. Rendra. Panggung yang dilihat ribuan mata, suara ku tak lantang tapi aku mencoba lantang. Aku tak sepintar WS. Rendra melantunkan sajak-sajaknya. Aku kerdil diantaranya. Diantara mereka yang bisa lebih dari aku. Tapi terima kasih untuk panggung sastra pertama ku.

Terima kasih ku lantunkan untuk rumah tercinta, manusia hebat lahir disini.
RADIKAL

LPM DIANNS

Panggung ini tak kurang dari 10 menit. Dibuka oleh penampilan Kak Anggi dan Jihan sebagai pembawa acara. Sebelumnya, acara ini merupakan salah satu rangkaian acara pengenalan kehidupan kampus mahasiswa baru alias PK2MABA Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Masing-masing lembaga otonomi fakultas (LOF) dipersilahkan untuk mempromosikan LOFnya.

Master Of Ceremonies DIANNS

Penampilan pembuka, puisi seonggok jagung karya WS. Rendra oleh Aku dan diiringi petikan gitar dari Ican.

Pembacaan Puisi



Bukan hanya pembacaan puisi, sebagai Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). DIANNS mengenalkan bagaimana kegiatan seorang pers mahasiswa.


Ruang Redaksi


Hampir lupa  juga ada penampilan dari seorang karikatur handal, Khoirul Anwar. 

Pembuatan Karikatur




Selain itu, menampilkan bagaimana kerja wartawan.

Proses Peliputan


Kutipan dari puisi WS. Rendra :

Apakah gunanya pendidikan 
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing 
di tengah kenyataan persoalannya ? 
Apakah gunanya pendidikan 
bila hanya mendorong seseorang 
menjadi layang-layang di ibukota 
kikuk pulang ke daerahnya ? 
Apakah gunanya seseorang 
belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, 
atau apa saja, 
bila pada akhirnya, 
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata : 
“ Di sini aku merasa asing dan sepi !”