Saturday, October 12, 2013

Gadis Berjaket Tebal


Mungkin terlalu dini untuk menulisnya. Tetapi aku ingin menulisnya. Cerita tentang gadis dibalik jaket tebalnya. Gadis itu biasa, tak cantik. Tak anggun. Gadis itu duduk disudut ruangan. Mengamati sekitarnya. Lalu gadis itu bertanya dalam hatinya. Embun tak lagi sama seperti dulu. Semua telah berbeda. Semua berubah. Tanpa perlu tangan untuk menulis episode-episode baru. Dia tertinggal. Jauh tertinggal. Dia menyadari tak seharusnya dia bersandar. 

Tetapi gadis itu tetap bersandar. Tak goyang. Tak ingin pergi.Semakin hari gadis itu  sadar, dia harus keluar. Dia harus menjauh. Menjauh dari sandaran itu. Lalu dia bingung, bagaimana caranya ? Perih bukan lagi berbekas goresan tapi tertancap tajam dalam rasa. Gadis itu masih diam, dia berdiri dimana tempatnya berada. Tak beranjak. Hingga dia lelah. 

Dia menulis sesukannya. Dia menghilangkan rasanya. 
Lalu gadis itu mati dalam tumpukan sajaknya. Sajaknya tak indah. Sajaknya tak mengandung mantra-mantra ajaib. Tak juga mengandung kata-kata indah. Dia tak sepintar itu, tapi dia tetap menulis. Semuanya dia tulis. Entah air matanya berlinang dia tetap menulisnya. Entah ceritanya tak berakhir bahagia dia tetap menulisnya. Gadis itu mencoba bertahan. 

Dia takkan pernah mundur dari tempatnya. Dia tetap menyudut di ruangan. Lalu semuanya pergi meninggalkannya. Terucap perpisahan. Gadis itu menjerit, dia menangis kencang. Hingga suaranya tak terdengar. Hingga lantunanya hilang. Membekas air mata belinang di pipinya. Dia muak hendak bercerita ke siapa. Dia sakit. Sakitnya tertusuk jiwa. 

Lalu sebuah kata perpisahan terucap. Selamat tinggal untukmu embun, pemeran utama ceritaku.

Aku Jatuh Cinta Pada Tulisannya

Aku mengenal sebuah tulisan yang baru beberapa menit ku baca.
Indah, aku jatuh cinta pada pandangan pertama tulisannya.
Lalu aku juga mengenal sebuah tulisan lagi.
Sekali lagi indah.
Mata ku beradu antara ingin melanjutkan membaca atau berhenti.
Kenapa berhenti ? karna aku takut menangis.
Kenapa aku takut menangis ? otak ku sudah menjadi wartawan untuk hati ku sendiri.
Kenapa ? lalu menjawab memunafikkan fakta dan lalu aku harus membuat mimik seperti tak terjadi apa-apa.
Lalu aku berhenti tak melihatnya lagi, ku baca secepat mungkin.
Aku menutupnya .
Aku penulis munafik yang tak bisa menerima kenyataan tak sama dengan tulisan ku.
Bodoh, jika suatu hari bertemu mungkin kita bisa sekedar mengobrol tentang tulisanmu.
Nanti dalam ruang yang berbeda.

Untuk Kita, Empat !

Kepada Dewata aku berharap
Jarak bukan tolak ukur untuk kita
Kepada tangan yang tergenggam
Aku berharap tak lepas
Kepada kita yang mengenggam
Ku eratkan tanganku untuk kalian
Sahabat

Selamat ulang tahun untuk kita yang keempat. Terucap rindu kepada labuhan bahu tempatku bersandar disana. Kalian terbaik ! Tahun keempat, empat tahun sudah kita bersahabat. Empat tahun sudah kita melewati hari terbahagia dan tersedih. Tapi kita tetap berjalan bergandengan. Ketika jarak pun memisahkan kalian tetap menjadi manis dalam tawa ku walaupun dalam sebuah layar hitam. Empat tahun bukan waktu yang singkat dan aku berharap persahabatan kita tidak sesingkat empat tahun tapi hingga kita tua bersama. Berlebihan mungkin ? tapi itu doa teruntuk kita.

Sebingkai potret kita
We Are Forever Young !





 Setelah kelulusan, kita pasti foto memakai toga bersama-sama :)


 Special for us, 4th D'SOULMATE !
Happy Bornday, keep long distance frienship, love you guys :)
Thanks for Crew DIANNS