Ini Cerita Tentang Manusia. Catatan ini tak lebihnya dari catatan usang tak bermakna dan bahkan hampir gila belajar tentang manusia. Cerita ini bukan fiktif belaka.
Aku tak tahu ada beberapa tipe manusia di dunia ini ?
Mungkin dua, tiga, seratus bahkan ribuan tipe manusia di dunia ini. Ini mungkin
tulisan sampah yang tak layak dibaca. Tulisan ini bukan berlandaskan ilmiah
bukan juga tulisan dengan kata-kata indah nan susah. Bukan. Ini tulisan tentang
cerita setiap aku berinteraksi dengan berbagai tipe manusia. Darimana aku
memulai tipe manusia ? pertanyaan yang tak masuk akal. Mungkin aku akan memulai
dari lingkungan ku sendiri.
Tidak ada orang yang mengatakan dirinya sempurna tapi juga
tidak orang yang mengatakan dirinya tidak sempurna. Dalam arti orang tersebut
benar-benar bodoh atau tidak bisa. Aku yakin tak ada orang di dunia ini seperti
itu. Serendah apapun hati orang pasti dia mempunyai prestie dalam dirinya.
Contoh kecilnya ingin dikenal dan ingin dilihat.
Menurutku ini bukan sifat “sok eksis”. Ada beberapa tipe
manusia yang menyukai orang jenis hyperaktif.
Dia selalu bertanya ketika di diskusi umum dan ada yang tidak menyukainya
tipe ini. Ada beberapa tipe orang yang menggagap orang itu ada di saat diskusi
umum tapi diluar itu orang itu sering terlupakan. Dia sering berpendapat tapi
tak pernah terkenang. Aku mengatakan orang yang tidak ingin terkenang itu
adalah pembohongan besar terhadap nalurinya sebagai manusia.
Aku sering melihat tipe orang seperti ini, terkadang kasian
melihatnya tapi lingkungan yang tak menerimanya secara keseluruhan. Dalam
linkungan aku pernah seperti itu, secara psikologis mungkin sakit tapi kita tak
bisa melihat sampai seberapa jauh sakit yang disebabkan dari lingkungan seperti
itu. Teori sains tentang populasi yang merupakan kumpulan beberapa individu
mungkin tepat dilukiskan dalam konteks manusia. Bahasa kasarnya jika individu
kucing angora maka dia akan terbentuk kumpulan populasi kucing angora berbeda
dengan individu kucing kampung berkumpul akan membentuk kumpulan kucing
kampung. Mungkin ini sudah hukum alam, mau tak mau harus menerimanya. Selama
aku belajar tentang manusia, tak ada yang namanya satu yang ada hanya kumpulan-kumpulan
populasi yang bernaung di sebuah habitat.
Aku menduga teori tentang kesatuan itu tidak ada. Kita
bersatu karena di habitat dan tujuan yang sama bukan secara murni. Kenyamanan menurutku bisa dibuat dengan menguasai lingkungan
dan mengikuti arus dilingkungan tapi kembali lagi. Ketika kamu dilingkungan
populasi akan terasa.
Menjadi populasi menengah, kamu pernah berorganisasi ? aku
andaikan kamu pernah. Menjadi populasi yang tak pernah memihak, dia tak pernah
ikut secara penuh populasi mana yang dia pilih. Dia mencoba menjadi populasi
yang netral, menjadi populasi yang bisa beinteraksi dengan populasi yang saling
tidak sama. Tipe populasi seperti ini sering dicurigai bahkan tidak dipercaya.
Kehadiran mereka dilihat tapi tak pernah dianggap. Populasi ini tidak mempunyai
populasi yang mengikatnya erat. Populasi ini akan kebingungan mencari sendiri
populasi mana yang akan dia masuki. Populasi ini bisa mati di akhir.
Ada interaksi manusia, dimana kita bisa melihat dari awal
penglihatan dia. Dia menyukai kita atau tidak, kalau aku sering mengacuhkan hal
ini. Aku tak pernah anggap serius orang lain yang tidak menyukaiku. Menurutku,
membenci tak harus dibalas dengan membenci. Aku membebaskan siapapun orang
membenciku karena aku tak punya kuasa untuk melarang setiap orang agar tidak
membenciku. Tapi selalu heran dengan manusia yang mudah membenci seseorang ?
entahlah mungkin dia tipe manusia yang
tidak menyukai kedamaian.
Pernah menjadi manusia yang takluk terhadap orang lain ? aku
pernah. Untuk suatu hal yang sangat konyol aku sangat takut kepadanya tapi itu
dulu ketika aku masih kecil. Karena dia sangat menakutkan.
Pernah menjadi manusia yang dibenci ? aku pernah. Dibenci
karena sikapku yang (mungkin) arogan atau otoriter. Entahlah aku sampai
sekarang tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Entahlah, aku menangis
ketika itu. Sejak itu aku menjadi tipe yang pendiam. Saat itu aku tak ingin
suka menjadi orang yang suka berbicara hanya beberapa pendapat yang aku
lontarkan. Tapi yang aku bingung, sahabatku tak pernah mengatakan seperti itu.
Aku heran. Mungkin itulah namanya sahabat ? kenapa mereka menjadi sahabat ku dan mereka menjadikan ku sahabat.
Manusia yang tak bisa membenci ? siapa yang aku benci ?
mungkin hanya mantan pacar dan itu tak lebih dari sekedar kesal. Aku mati rasa
ketika harus membenci orang, aku lebih baik diam. Karena aku takut dibenci dan
tak mau dibenci. Aku sangat takut dibenci. Aku takut semua orang membenciku. Tapi
aku lebih takut ada tapi dianggap tak ada.
Pernah bertanya ? siapa orang kali akan menggingatmu
selamanya ? Aku jawab pasti orang tuaku. Populasi yang ada disekitarmu mungkin
tak akan menggingat namamu pertama kali walaupun kamu selalu menggingat nama
mereka (Ini bukan tentang lawan jenis). Ini tentang dimana habitatmu.
Pernah bertanya ? siapa orang menyukaimu dan orang yang
tidak menyukaimu. Aku selalu menggangap mungkin orang-orang tak suka dengan
sikapmu dan aku selalu berhati-hati. Selalu mengalah walaupun terkadang ada
beberapa yang tak bisa mengalah.Karena aku takut dibenci.
Pernah bertanya ? seberapa penting kamu untuk habitatmu. Aku
pernah berpikir tanpa aku semua akan baik-baik saja. Ibaratnya ada aku atau tak
ada semuanya sama. Dalam dasar pikiran jiwaku aku selalu berpikir seperti itu.
Entahlah mungkin itu catatan tersendiri untukku.
Tulisan ini merupakan sisa-sisa sakit psikis di dalam.
Mungkin terlihat berlebihan tapi aku sangat takut.
Aku takut tak diterima disuatu populasi dan takut diasingkan
suatu populasi. Aku sangat iri kepada mereka yang selalu bisa diterima di
populasi manapun. Aku mungkin diterima tapi tak ada ikatan rasa hanya terpaksa
tak sejalan. Aku benci seperti itu. Aku juga bisa merasa, aku juga punya indra
perasa. Aku hidup, aku bernafas. Aku sakit, sakit psikis yang membuatku takut
untuk dibenci.